Ditengah Arus Digitalisasi, Ponpes Al-Fath Jadikan Pengajian Rutin Sebagai Pusat Konservasi Moral

24.438 dibaca
Suasana pengajian rutin di Pondok Pesantren Al Fath.

BUANAINDONESIA.CO.ID, JABAR- Rabu, 11 April 2018. Teknologi modern telah benar-benar menciptakan komunikasi bebas lintas benua, lintas negara, menerobos berbagai pelosok perkampungan di sudut-sudut pedesaan dan menyelusup di gang-gang sempit perkotaan, bahkan menerobos gerbang-gerbang pesantren melalui sosial media seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, ataupun Media Massa Online yang memberikan suatu informasi berita dalam hitungan detik. Fenomena modern yang terjadi di awal generasi milenium ketiga ini populer dengan sebutan arus digitalisasi.

“Ditengah arus digitalisasi ini, banyak orang mendadak menjadi jurnalis, yaitu dengan mudahnya membuat berita dengan konteks positif bahkan negatif, dan menyebarluaskannya tanpa melihat kebenaran dan keotentikan serta objektivitas dari berita tersebut. Padahal jika dituntut oleh UU ITE bisa terkena pidana sampai lima tahun, maka disinilah letak perlunya pondasi agama yang ditanam melalui benih-benih pengajian rutin”, ujar Pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath, KH.Muhammad Fajar Laksana pada acara Diklat tentang kejurnalistikan, Minggu 8 April 2018 lalu.

Advertisement

KH.Muhammad Fajar Laksana, menjelaskan kepada seluruh santrinya ketika kuliah subuh bahwa setiap santri dan warga pesantren khususnya, didalam menghadapi arus digitalisasi dan globalisasi saat ini harus memiliki lima kemampuan inti dan lima keterampilan inti. Diungkapkannya kemampuan inti tersebut dalam bahasa daerah Sunda, yaitu ; Santri kudu bisa Ngaji, Ngejo, Ngajega, Ngajaga, Ngajago, dan lima keterampilan inti lainnya diungkapkan dalam Bahasa Internasional, yaitu ; Spritual Skill, Emosional Skill, Intelektual Skill, Human Skill, dan Life Skill.

Pentingnya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pondasi keagamaan juga dikatakan Sesepuh Pesantren sekaligus Ketua jamaah Ponpes Dzikir Al-Fath, Bapak H. Haruwa Supomo usai memimpin pengajian rutin pada Senin malam 9 April 2018, yang menjelaskan bahwa Pengajian rutin dilakukan oleh pihak pesantren sebagai penyeimbang antara kemajuan teknologi dari sudut Dunia, dan ketenangan hati dari sudut ukhrowi. Ponpes Dzikir Al-Fath tersebut sangat menyambut baik kemajuan teknologi atau yang lebih dikenal dengan era digitalisasi, tetapi tidak menghilangkan kegiatan beragama seperti pengajian rutin dan kajian-kajian pondasi keagamaan.

“Di era digitalisasi saat ini, kita dengan sangat mudahnya mengetahui tentang keberagaman Dunia. Mulai dari nama Negara, jumlah populasi suatu negara, warna benderanya, kebudayaan negara tersebut, dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan teknologi ini, menimbulkan dampak yang positif bahkan juga negatif. Maka, pondasi agama yang dipupuk melalui pengajian dan kajian-kajian itu sangat diperlukan sebagai penyeimbang kemajuan teknologi di era digitalisasi dan globalisasi saat ini, dimana Dunia seolah ada dalam genggaman tangan kita,” terang Ketua Jamaah Ponpes Dzikir Al-Fath.

Pesantren yang beralamatkan di Jl.Merbabu Perum Gading Kencana Asri Blok G Kota Sukabumi itu selalu aktif melakukan pengajian rutin dan kajian-kajian ilmu keagamaan. Ini merupakan salah satu konservasi moral, agar tercipta suatu keselarasan tolak ukur dan ketepatan presisi dalam era digitalisasi ditopang dengan kokohnya pondasi keagamaan.

Penulis : Gilang Ramadhan, Santri Pesantren Dzikir Al-Fath