Gaduh Soal Mata Air Kepala Desa Vs Warga Cilebak, Ini Persoalannya

19.499 dilihat

BUANAINDONESIA.CO.ID, KUNINGAN – Isu adanya penjualan air yang bersumber dari mata air taman desa Cilebak kecamatan Cilebak yang saat ini marak di media, mendapat sanggahan langsung dari Kepala Desa ( Kuwu ) Cilebak Sarja yang dihubungi melalui saluran seluler, Jumat 20 November 2020.

Kepada Buanaindonesia, Kuwu Sarja menampik adanya jual beli air ke desa Pamulihan.

Advertisement

” Kita hanya berbagi air ke sesama warga yang kebetulan warga itu dari desa Pamulihan kecamatan Subang, tidak lain tetangga desa kita, makanya isu yang beredar desa menjual air itu fitnah yang ditujukan kepada kita” kata Sarja di awal pembicaraannya.

Masih kata Sarja, dalam hal ini, tidak ada kontrak ataupun kesepakatan mengenai Finansial ( Jual – Beli ) dalam pembagian air Taman, yang ada komunikasi antar Kuwu demi memenuhi kebutuhan air warga 2 RW yang ada di desa Pamulihan.

” Dalam komunikasinya saya sampaikan, silahkan kepada Kuwu Pamulihan untuk menggunakan air yang ada di mata air taman dengan menggunakan pipa 1,5 Inci, kalau cukup untuk 5 rumah atau 10 rumah, bila perlu dibuatkan bak penampungan air agar bisa di tampung di saat musim kemarau ” ucapnya.

Masih kata Sarja, keputusan ini di ambil mengingat saat ini untuk desa Cilebak kita masih kelebihan air, hal ini karena ada 3 mata air yang bisa dimanfaatkan yaitu mata air Ciwedus, Pasir Gardu dan mata air utama taman.

” Jadi kelebihannya sangat wajar kalau kita berbagi dengan warga yang membutuhkan, masa warga Gunung nga ada air, dan kita ada tidak bisa berbagi” tutur Sarja.

Namun kebijakan Kepala Desa Cilebak Sarja tidak sejalan dengan keinginan warga, salah satunya  Taryo ( 50 ) warga desa Cilebak dusun Puhun RT 07, RW 03, menurut pandangan Taryo, penolakan adanya pembagian air untuk warga desa Pamulihan dikarenakan warga Cilebak juga masih memerlukan air, bukan hanya untuk minum dan mandi saja, tapi untuk pengairan sawah juga masih kekurangan.

” Abdi nu ngaraoskeun sebagai masyarakat Cilebak diketika musim halodo mah si cai teh di gilir, terus kebutuhan Cilebak bukan sebatas Minum dan Mandi aja cai teh, areal pertanian oge harus diperhitungkan pak ( Saya yang merasa sebagai masyarakat Cilebak di ketika musim kemarau air itu di bagi bergiliran, terus kebutuhan Cilebak bukan sebatas Minum dan Makan saja itu air, Areal pertanian juga harus diperhitungkan pak ) ” ungkap Taryo.

Masih kata Taryo, pihak desa seharusnya jangan melihat kondisi air hanya diketika musim hujan saat ini yang bisa di bilang berlimpah, tetapi kalau mau perhitungkan juga ketika di musim kemarau.

” Ya iya kalau musim wijih mah teu kawadahan cai teh teu kawadahan sagede beuteung munding ( ya iya kalau musim hujan debit air meluber, sebesar perut kerbau ) , jadi intinya begini pak saya mewakili beberapa warga tidak setuju adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala desa terkait pembagian air ke dusun lain di luar desa Cilebak ” pungkasnya.

Advertisement