Boles Dan Lisung Tidak Ditampilkan Dalam Haleran. Perintah Walikota Di Cuekin Bawahannya ?

18.676 dibaca

BUANAINDONESIA.CO.ID, SUKABUMI -Permainan tradisi Boles dan Lisung tidak diundang dalam puncak perayaan Hari Ulang Tahun Sukabumi. Dua permainan tradisi ini sama sekali tidak ditampilkan dan tidak nampak dalam tradisi Helaran dalam menyambut HUT Kota yang berusia 104 Tahun ini. Hal itu mengundang kekecewaan tokoh Sukabumi.

Dikatakan tokoh sekaligus ulama Sukabumi K.H Fajar Laksana, pihaknya sangat kecewa dengan sikap panitia HUT Sukabumi ini.

Advertisement

” Saya kecewa dengan sikap panitia dan pemerintah Sukabumi. Seharusnya minimal ada perhatian sedikit dengan mengundang Boles dan Lisung. Ini kan karya leluhur Sukabumi. Jangan sampai kedua permainan tradisi ini di klaim oleh daerah lain, ” kata Fajar.

Lebih lanjut Fajar menambahkan sikap pemerintah yang tidak peka dalam melestarikan permainan tradisi mencerminkan ketidakberdayaan pemerintah dalam menjalankan komitmen melestarikan seni budaya.

“Pemerintah baru sampai pada tahapan ceremonial saja. Baru casingnya saja. Cangkang saja. Isinya tidak ada,” sambung dia.

Masih kata Fajar, dirinya mengapresiasi sikap Wali Kota Sukabumi yang telah mengintruksikan pada bawahannya untuk membantu agar Boles dan Lisung dilestarikan. Kendati perintah Wali Kota itu tidak diindahkan oleh bawahannya. Fajar menyatakan sikap apapun keadaannya permainan tradisi ini harus tetap dilestarikan, dengan atau tanpa dukungan pemerintah.

” Alhamdulillah memang dari pihak panitia tidak mengundang seni budaya yang oleh pak Wali kota dicanangkan menjadi ikon kota Sukabumi. Ini juga membuktikan bahwa sesungguhnya boles dan seni budaya lisung tidak diakui oleh pemerintah sebagai ikon seni budaya.  Maka buat kami yg penting kita berkarya untuk menjaga dan memelihara kearifan lokal. Soal diakui atau tidak oleh pemerintah, Itu tidak jadi masalah. Keyakinan ini ditambah oleh sampai saat ini pun. Perintah pak Wali untuk mengurus hak paten boles dan lisung belum ada progres apa – apa. Padahal Wali Kota sudah lebih dari 4 tahun mengintruksikan dinas terkait untuk menjaga melindungi karya anak bangsa dari daerah, mengangkat kearifan lokal atau potensi dari daerah. Maka dengan ini saya pribadi yang mempelopori dan menciptakan kembali seni budaya warisan jaman pajajaran merasa kita tetap harus berkarya ada atau tidak ada perhatian maka bagi anak bangsa tetap harus mencintai seni budaya daerah khususnya sunda sebagai suatu aset kekayaan bangsa yang harus dijaga dipelihara oleh masyarakatnya sendiri. Kalau bukan oleh kita tentu oleh siapa lagi. Maka kita budayakan silih wawangi. Silah asah silih asih silih asuh. Supaya potensi dan kearifan lokal budaya daerah tetap ada di tanah kita,” ucap Fajar.