Harga BBM Naik, KAMMI Lakukan Aksi di Depan Gedung Sate

13.402 dibaca
Massa aksi yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jawa Barat berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu, 23 Maret 2018. (BUANA INDONESIA NETWORK/Dini Kamilani)

BUANAINDONESIA.CO.ID, BANDUNG – Massa aksi yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jawa Barat berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu, 23 Maret 2018.

Advertisement

Aksi dimulai dengan melalukan longmarch dari kawasan Pusdai Jawa Barat. Mereka mempertontonkan aksi teatrikal dengan mendorong sebuah angkot dan kendaraan roda dua. Hal itu dilakukan sebagai gambaran dengan naiknya harga BBM membuat masyarakat kesulitan sampai harus mendorong kendaraannya sendiri.

Dalam aksinya, massa menuntut agar pemerintah kembali menurunkan harga BBM yang sempat naik beberapa waktu lalu. Selain aksi teatrikal, massa juga menyampaikan orasi kepada setiap pengendara yang melewati jalan Diponegoro. Sejumlah spanduk dan banner juga dibawa oleh mereka.

Koordinator aksi, Wahid Ikwan, mengatakan pemerintah telah bertindak semena-mena dalam menaikkan harga BBM. Kekeliruan yang telah dilakukan, yaitu tidak ada sosialisasi kepada masyarakat akan kenaikan BBM, sehingga imbasnya beberapa barang kebutuhan pokok pun menjadi naik.

“Ketika BBM naik, barang-barang pokok akan naik. Meski pun dalihnya pemerintah karena menyesuaikan harga minyak dunia, padahal kan negara kita kaya akan minyak, tapi mengapa terus naik?,” tegasnya ditemui wartawan di sela aksi.

Wahid menduga bahwa kebijakan yang telah dilakukan pemerintah, perlahan-lahan agar BBM bersubsidi bisa ditiadakan. Hal itu akan menguntungkan pihak lain, sementara rakyat dalam kondisi sulit ekonomi akan kesusahan.

“Ini akal-akalan pemerintah agar men-stop premium bersubsidi,” tegasnya.

Wahid menambahkan, kenaikan harga BBM non-subsidi oleh pemerintah merupakan yang ke empat kalinya selama 2018.  Menurutnya, sepanjang disahkannya UU Migas Tahun 2001 telah membuka peluang bagi pihak asing untuk menguasai sumber-sumber energi di Indonesia.

“Selain itu, kebijakan yang dilakukan dengan menaikkan harga BBM seolah-olah untuk menyukseskan liberalisasi sektor hilir (sektor niaga dan distribusi). Liberalisasi migas ini telah memberikan kewenangan yang lebih besar kepada swasta (asing) seraya mengurangi peran negara,” sambungnya.

Adapun efek domino yang ditimbulkan dari naiknya harga BBM tentu berdampak pada berkurangnya daya beli masyarakat menengah ke bawah, menimbulkan naiknya kebutuhan pokok, ongkos naik, inflasi ekonomi.

“Dan yang lebih menghawatirkan lagi adalah bertambah dan melonjaknya angka kemiskinan,” sebutnya.

Menyikapi kenaikan harga BBM tersebut, KAMMI Jawa Barat menyampaikan sikap secara tegas menolak kenaikan harga BBM, menuntut pemerintah agar menjaga ketersediaan BBM bersubsidi bagi masyarakat miskin, mempertimbangkan kembali harga BBM yang dilempar ke mekanisme pasar dan menuntut terciptanya kestabilan harga kebutuhan pokok.

Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat petugas kepolisian. Massa aksi silih berganti menyampaikan orasi dan meluapkan keresahan atas kebijakan naiknya harga BBM. Massa pun membubarkan diri sendiri setelah menyampaikan semua tuntutannya.

Editor : NA